Seorang guru harus memiliki komitmen
dasar dan keteladan visioner prilaku efektif dalam kepemimpinan sebagai guru
yang terpuji. Komitmen dan keteladanan seorang guru itu akan tercermin pada
sikapnya dalam memimpin ataupun ketika mengajar. Sikap didefenisiskan sebagai
kecenderungan untuk berbuat yang digunakan untuk mengantisipasi sesuatu.
Bagaimana sikap kita terhadap anak didik yang malas, bagaimana sikap kita pada
anak didik yang nakal, dan bagaimana sikap kita dalam menghadapi setiap
persoalan yang ada sehingga didalam sikap tersebut terkandung nilai-nilai yang
mencakup niat, keyakinan, pengetahuan, serta pandangan hidup. Sikap guru
terhadap pekerjaan merupakan keyakinan seorang guru mengenai pekerjaan yang
diembannya, yang disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada
seorang guru tersebut untuk membuat respons atau perilaku dalam cara tertentu
sesuai pilihannya.
Sikap guru terhadap pekerjaannya
dapat dilihat dalam bentuk persepsi dan kepuasannya terhadap pekerjaan maupun
dalam bentuk motivasi kerja yang ditampilkan. Guru yang memiliki sikap positif
terhadap pekerjaannya, sudah barang tentu akan berbuat dan bekerja semaksimal
mungkin dalam melahirkan generasi-generasi yang tangguh.
Guru ketika berada di
dalam kelas diibiratkan sebagai seorang pedagang yang sedang menjual barang
dagangannya. Calon pembelinya adalah siswa-siswinya. Barang dagangannya adalah
ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Layaknya seorang pedagang yang akan
melakukan promosi apa saja untuk membuat dagangannya laku terjual, gurupun juga
demikian. Guru akan melakukan apa saja untuk membuat para siswa-siswinya
tertarik pada materi yang diajarkan.
Tanda bahwa barang
dagangan guru tersebut laku keras dapat dilihat dari hasil review akhir yang
biasanya diletakkan di akhir mata pelajaran. Pada proses review ini, guru
biasanya akan menanyakan kembali materi yang telah disampaikan dan memastikan
bahwa semua materi telah disampaikan dan dipahami siswa-siswinya.
Berikut ini ada 7 komitmen dasar dan
keteladanan visioner prilaku efektif kepemimpinan guru terpuji sebagai berikut
:
1.
Takwa
Menurut
Ibnu Manzhur, seorang pakar bahasa berkebangsaan Mesir, mengatakan bahwa takwa
berasal dari kata dasar waqa-yaqi-wiqayah, yang berarti menjaga, menjauhi, takut, dan berhati-hati.
Dengan demikian takwa bukan sekedar takut seperti anggapan sementara orang.
Takwa adalah sebuah kekuatan untuk tetap taat kepada perintah Allah SWT dan
menjauhi semua laranganNya. Takwa juga merupakan dampak dari sebuah proses
pendidikan. Oleh karena itu guru yang bertakwa tidak akan berbuat zhalim
terhadap anak didik dan semua manusia. Inilah konsekwensi seorang guru yang
bertakwa. Ketakwaan menjadi syarat mutlak dalam proses pembentukan sosok guru
ideal. Ia harus menginternalisasikan dalam diri seorang guru. Sebab tanpa
ketakwaan, seorang guru tidak mungkin bisa mentransfer ilmu yang ia miliki ke
dalam jiwa anak didiknya. Takwa dapat menumbuhkembangkan karakter rendah hati
dan optimistik. Takwa juga dapat memupuk rasa cinta kepada Tuhan, dan cinta
akan menumbuhkan motivasi positif dan kreatifitas yang tinggi. Ketakwaan juga
dapat menumbuhkan kecerdasan spiritual (Spiritual
Quotient). Kecerdasan spiritual
merupakan modal dasar bagi seorang guru untuk menjadi sosok yang diharapkan
mampu memberikan pencerahan batin bagi anak didiknya. Kecerdasan spiritual
tidak cukup hanya dengan menguasai dasar-dasar agama yang baik, yanglebih utama
adalah menghayati dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Seorang guru harus
takwa sebagaimana telah didefinisikan oleh para ulama, yaitu: menjaga agar
Allah tidak melihatmu di tempat larangan-Nya, dan jangan sampai Anda tidak
didapatkan di tempat perintah-Nya. Mengerjakan apa yang diperintahkan Allah dan
meninggalkan larangan-Nya.
Jadi, sangat penting
setiap guru memiliki mental takwa ini. Jika tidak, maka anak didik akan tumbuh
menyimpang, terombang-ambing dalam kerusakan, kesesatan dan kebodohan.
Logikanya sederhana, bagaimana anak murid akan takwa jika gurunya justru tidak
memberi keteladanan.
2.
Amanah
Amanah yang artinya jujur atau dapat dipercaya. Secara bahasa, amânah
(amanah) dapat diartikan sesuatu yang dipercayakan atau kepercayaan. Amanah
juga berarti titipan (al-wadî‘ah). Amanah adalah lawan dari khianat. Amnah
terjadi di atas ketaatan, ibadah, al-wadî’ah (titipan), dan ats-tsiqah
(kepercayaan). Dengan demikian, sikap amanah dapat berlangsung dalam lapangan
yang sangat luas. Oleh karena itu, sikap amanah merupakan sesuatu yang
dipercayakan untuk dijaga, dilindungi, dan dilaksanakan.
Jadi seorang guru yang teladan dan memiliki komitmen dasar dalam kepemimpinan harus memiliki sikap
amanah.
3.
Benar
Benar
yaitu mengatakan sesuatu atau berbuat sesuai sebagaimana adanya (seharusnya),
betul, tidak salah, dapat dipercaya (cocok dengan keadaan yang sesungguhnya), tidak
berbohong.
4.
Jujur
Menjadi guru harus jujur dalam perkataan , perbuatan
dan ucapan. Perkataan jujur merupakan sesuatu yang harus dimiliki oleh para
guru, sikap jujur dalam perbuatan harus menjadi bagian dari para guru. Jika
guru tidak jujur dalam perkataan dan perbuatan maka dari segi akhlak ia telah
melanggar etika dan cacat secarakepribadian.
Ketika guru tidak jujur dalam perkataan , perbuatan
dan tingkah laku maka guru dalam posisi ini telah mencederai etika sebagai guru
yang berakhlak mulia. Sebagai yang memberi ilmu tentu sikap tidak jujur
terhadap diri, orang lain dan bahkan kepada Tuhan akan menjadi batu sandungan
dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pelajaran yang diampaikan kepada siswa akan
terasa sulit, siswa akan merasa ada semacam batu sandungan dan dinding pembatas
antara ia dengan ilmu yang diberikan oleh gurunya. Sifat jujur adalah mahkota
bagi seorang guru, mahkota bagi para pengajar. Jika pengajar tidak mempunyai
sifat jujur maka sebenarnya ia telah kehilangan mahkota yang sangat berharga.
Ketika guru tidak jujur, maka sifat tersebut
dimungkinkan akan menular kepada anak didik. Penularan tersebut terjadi karena
adanya interaksi antara guru dengan siswa, disisi lain, siswa pada kodisi ini
secara psikologi masih mencari jati diri. Lebih dari itu sikap guru yang tidak
jujur akan ditiru oleh siswa, karena pada kondisi seperti itu ia mempunyai
sifat mencontoh. Ketika guru tidak mempunyai sifat jujur, maka martabatnya akan
jatuh di mata murid-muridnya. Ketika guru sudah tidak mempunyai martabt maka
guru akan rendah dimata murid-muridnya, terutama dari segi akhlak. Jujur adalah
kunci keselamatan bagi guru, baik keselamatan dunia maupun keselamatan
akherat.bahkan Allah memuji dan menyukai orang orang yang jujur. Kejujuran akan
mengantarkan guru pada jalan kebenran,jalan keselamatan dunia dan akherat.Sifat
jujur adalah mahkota di atas kepala seorang pengajar. Jika sifat itu hilang
darinya, ia akan kehilangan kepercayaan manusia akan ilmunya dan
pengetahuan-pengetahuan yang disampaikannya kepada mereka, karena anak didik
pada umumnya akan menerima setiap yang dikatakan gurunya. Maka jika para anak
didik menemukan kedutaan pengajarnya sebagaian perkara, hal itu secara otomatis
akan mebias kepadanya, menjadikannua jatuh di mata para anak didiknya. Jujur adalah
kunci keselamatan hamba di dunia dan akhirat.
Kejujuran seorang pengajar akan menanamkan rasa
percaya diri anak didik kepadanya dan kepadanya dan kepada perkataannya serta
menghormatinya. Kujujuran seorang pengajar akan terlihat
konsekuensi-konsekuensi tanggung jawab yang dipikul di atas pundaknya, yang
mana diantaranya adalah mentransfer pengetahuan lengkap beserta hakikat dan
pengetahuan-pengetahuan yang dikandungnya kepada para generasi penerus. Jika
seseorang pengajar tidak memiliki karakter jujur, dia akan mentrasfer ilmu yang
serba kurang dan tidak ilmiah, hakikat dan pengetahuan yang tidak sesuai dengan
bentuk yang seharusnya dia transfer. Apabila anak didik terbiasa menerima sikap
tidak baik ini dari sang guru, barangkali akan menganggap bagus perbuatan ini
sehingga menjadi orang yang melazimi dan melakoninya.
5.
Adil
Sikap guru dalam memperlakukan anak didiknya
haruslah dengan cara yang sama, tanpa membeda-bedakan. Hal ini penting bagi
guru agar nantinya dalam menilai, memberikan hadiah atau hukuman kepada anak
didiknya tetap berlaku adil. Dan hendaknya dilengkapi dengan penghayatan dan
pengamalan nilai-nilai moral dan nilai sosial budaya yang diperoleh dari
kehidupan masyarakat dan pengalaman belajar yang diperoleh. Dengan keadilan,
kejujuran yang dimiliki seorang guru diharapkan dapat menjadi contoh bagi anak
didiknya, anak didik diharapkan tumbuh dan berkembang menjadi manusia-manusia
yang jujur sehingga guru dapat menjadi cerminan perilaku anak didiknya.
6.
Sabar
Sebuah kesabaran merupakan syarat utama untuk
menyelesaikan setiap amanah yang diberikan. Bagi seorang guru, sifat sabar dan
kerelaan berkorban haruslah senantiasa dipupuk setiap saat dan setiap waktu
agar mendapatkan hasil yang menggembirakan dalam melahirkan generasi mandiri
dan berakhlak terpuji. Dalam mendidik yang perlu diperhatikan juga adalah sikap
cinta, sabar, dan bijaksana.
Sikap sabar dapat dimiliki apabila guru telah
memiliki stabilitas emosi (emotional stability) sebagai ciri kepribadian
orang dewasa. Guru yang emosinya stabil tidak akan mudah marah dan tidak akan
tergesa-gesa (ceroboh) dalam segala tindakannya. Banyak kejadian di sekolah
yang mudah menyulut kemarahan guru. Tetapi, guru yang telah memiliki stabilitas
emosi, ia akan tetap sabar dan arif dalam menghadapi kejadian-kejadian yang
menjengkelkan tersebut.
Sikap sabar sangat erat hubungannya dengan sikap
kehati-hatian. Dampaknya bagi guru akan memiliki sifat dan sikap mulia, antara
lain: (a) asih ing murid (tertanam sifat kasih sayang kepada
peserta didik); (b) telaten ing pamulange (tekun dan ulet dalam
membelajarkan peserta didik); (c) lumuh ing pamrih (tulus ikhlas
dan tidak bertendensi yang bukan-bukan dalam melaksanakan tugas); (d) tanggap
ing sasmita (mengerti kepribadian anak, perbedaan individu setiap
peserta didik, memahami situasi dan kondisi, sehingga dalam segala tindakannya
tidak emosional); (e) sepen ing panggrayangan (tidak menimbulkan
prasangka yang bukan–bukan dalam segala tindakannya; misalnya, setiap peserta
didik bertanya guru marah-marah, maka peserta didik patut berprasangka bahwa
guru tidak pecus menjawabnya sehingga untuk menutupi ketidakpecusannya dengan
gaya marah-marah); (f) jatmika ing solah (simpatik karena segala
tindakannya penuh kearifan); (g) antepan ing bebudene (santun
dalam bertingkah laku, tidak mudah marah dan tidak mudah merasa tersinggung)
(Asmuni Syukir, 1985:17-18).
Segala sikap dan sifat yang berhubungan dengan sikap
kesabaran guru tersebut sangat berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian
peserta didik sebagaimana yang diharapkan dalam tujuan pendidikan.
7.
Ikhlas
Salah satu sikap guru yang disukai para siswa adalah tulus (ikhlas) dalam
melakukan sesuatu. Sikap tulus adalah sikap tidak mengharapkan imbalan atau
pujian dari makhluk atas segala apa yang dikaukannya. Ia mengarjakan segala sesuatu sesuai dengan panggilan hati nurani sehingga
terasa menyenangkan.
Para siswa merasa nyaman relajar
dengan guru tulus. Ketulusan gurunya dalam membimbing dan mendidik siswanya
dirasa sebagai sumber kekuatan para siswa dalam mencapai cita-cita mereka.
Guru yang tulus dalam melakukan
pekerjaannya tampak tanda-tandanya, seperti berikut ini.
1. Bekerja dengan semangat yang tinggi.
2. Mengayomi semua siswanya.
3. Sabar dalam mengantarkan siswa-siswi menuju cita-cita mereka.
4. Bekerja atas panggilan jira, bukan karena imanan. Imbalan baginya merupakan
hal yang wajar ia tarima, bukan sumber motivasi utama.
5. Tidak mengharapkan pujia dari sesama manusia.
6. Bekerja dengan gembira (senang). Artinya, ia dapat menikmati pekerjaannya.
7. Bahagia apabila siswa asuhannya menjadi orang sukses atau berhasil.
Jadi dapat disimpulkan
bahwa sikap guru profesional terutama dalam penyikapan terhadap tugas dan
perannya harus selalu mengacu pada tujuan pendidikan secara utuh. Sebab segala
keputusan dan tindakan guru akan mempunyai dampak jangka panjang terhadap
pencapaian tujuan pendidikan, yang notabene berdampak pada peserta
didik, baik secara positif maupun negatif, baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang. Maka dalam rangka pengembangan pribadi peserta didik yang
utuh rumusan tujuan pendidikan maupun upaya pencapaiannya harus secara utuh
pula, yakni meliputi dimensi kemanusiaan dan kepribadian. Diantara sikap
komitmen dasar dan keteladanan visioner prilaku efektif kepemimpinan guru
terpuji itu antaranya adalah takwa, amanah, benar, jujur, adil, sabar, dan
iklhas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar