Senin, 15 April 2013

“ TUJUH KOMITMEN DASAR DAN KETELADANAN VISONER PRILAKU EFEKTIF KEPEMIMPINAN GURU TERPUJI “


Seorang guru harus memiliki komitmen dasar dan keteladan visioner prilaku efektif dalam kepemimpinan sebagai guru yang terpuji. Komitmen dan keteladanan seorang guru itu akan tercermin pada sikapnya dalam memimpin ataupun ketika mengajar. Sikap didefenisiskan sebagai kecenderungan untuk berbuat yang digunakan untuk mengantisipasi sesuatu. Bagaimana sikap kita terhadap anak didik yang malas, bagaimana sikap kita pada anak didik yang nakal, dan bagaimana sikap kita dalam menghadapi setiap persoalan yang ada sehingga didalam sikap tersebut terkandung nilai-nilai yang mencakup niat, keyakinan, pengetahuan, serta pandangan hidup. Sikap guru terhadap pekerjaan merupakan keyakinan seorang guru mengenai pekerjaan yang diembannya, yang disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada seorang guru tersebut untuk membuat respons atau perilaku dalam cara tertentu sesuai pilihannya.
Sikap guru terhadap pekerjaannya dapat dilihat dalam bentuk persepsi dan kepuasannya terhadap pekerjaan maupun dalam bentuk motivasi kerja yang ditampilkan. Guru yang memiliki sikap positif terhadap pekerjaannya, sudah barang tentu akan berbuat dan bekerja semaksimal mungkin dalam melahirkan generasi-generasi yang tangguh.
Guru ketika berada di dalam kelas diibiratkan sebagai seorang pedagang yang sedang menjual barang dagangannya. Calon pembelinya adalah siswa-siswinya. Barang dagangannya adalah ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Layaknya seorang pedagang yang akan melakukan promosi apa saja untuk membuat dagangannya laku terjual, gurupun juga demikian. Guru akan melakukan apa saja untuk membuat para siswa-siswinya tertarik pada materi yang diajarkan.
Tanda bahwa barang dagangan guru tersebut laku keras dapat dilihat dari hasil review akhir yang biasanya diletakkan di akhir mata pelajaran. Pada proses review ini, guru biasanya akan menanyakan kembali materi yang telah disampaikan dan memastikan bahwa semua materi telah disampaikan dan dipahami siswa-siswinya.
Berikut ini ada 7 komitmen dasar dan keteladanan visioner prilaku efektif kepemimpinan guru terpuji sebagai berikut :
1.      Takwa
Menurut Ibnu Manzhur, seorang pakar bahasa berkebangsaan Mesir, mengatakan bahwa takwa berasal dari kata dasar waqa-yaqi-wiqayah, yang berarti menjaga, menjauhi, takut, dan berhati-hati. Dengan demikian takwa bukan sekedar takut seperti anggapan sementara orang. Takwa adalah sebuah kekuatan untuk tetap taat kepada perintah Allah SWT dan menjauhi semua laranganNya. Takwa juga merupakan dampak dari sebuah proses pendidikan. Oleh karena itu guru yang bertakwa tidak akan berbuat zhalim terhadap anak didik dan semua manusia. Inilah konsekwensi seorang guru yang bertakwa. Ketakwaan menjadi syarat mutlak dalam proses pembentukan sosok guru ideal. Ia harus menginternalisasikan dalam diri seorang guru. Sebab tanpa ketakwaan, seorang guru tidak mungkin bisa mentransfer ilmu yang ia miliki ke dalam jiwa anak didiknya. Takwa dapat menumbuhkembangkan karakter rendah hati dan optimistik. Takwa juga dapat memupuk rasa cinta kepada Tuhan, dan cinta akan menumbuhkan motivasi positif dan kreatifitas yang tinggi. Ketakwaan juga dapat menumbuhkan kecerdasan spiritual (Spiritual Quotient). Kecerdasan spiritual merupakan modal dasar bagi seorang guru untuk menjadi sosok yang diharapkan mampu memberikan pencerahan batin bagi anak didiknya. Kecerdasan spiritual tidak cukup hanya dengan menguasai dasar-dasar agama yang baik, yanglebih utama adalah menghayati dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Seorang guru harus takwa sebagaimana telah didefinisikan oleh para ulama, yaitu: menjaga agar Allah tidak melihatmu di tempat larangan-Nya, dan jangan sampai Anda tidak didapatkan di tempat perintah-Nya. Mengerjakan apa yang diperintahkan Allah dan meninggalkan larangan-Nya.
Jadi, sangat penting setiap guru memiliki mental takwa ini. Jika tidak, maka anak didik akan tumbuh menyimpang, terombang-ambing dalam kerusakan, kesesatan dan kebodohan. Logikanya sederhana, bagaimana anak murid akan takwa jika gurunya justru tidak memberi keteladanan.

2.      Amanah
Amanah yang artinya jujur atau dapat dipercaya. Secara bahasa, amânah (amanah) dapat diartikan sesuatu yang dipercayakan atau kepercayaan. Amanah juga berarti titipan (al-wadî‘ah). Amanah adalah lawan dari khianat. Amnah terjadi di atas ketaatan, ibadah, al-wadî’ah (titipan), dan ats-tsiqah (kepercayaan). Dengan demikian, sikap amanah dapat berlangsung dalam lapangan yang sangat luas. Oleh karena itu, sikap amanah merupakan sesuatu yang dipercayakan untuk dijaga, dilindungi, dan dilaksanakan.
Jadi seorang guru yang teladan dan memiliki komitmen dasar  dalam kepemimpinan harus memiliki sikap amanah.




3.      Benar
Benar yaitu mengatakan sesuatu atau berbuat sesuai sebagaimana adanya (seharusnya), betul, tidak salah, dapat dipercaya (cocok dengan keadaan yang sesungguhnya), tidak berbohong.

4.      Jujur
Menjadi guru harus jujur dalam perkataan , perbuatan dan ucapan. Perkataan jujur merupakan sesuatu yang harus dimiliki oleh para guru, sikap jujur dalam perbuatan harus menjadi bagian dari para guru. Jika guru tidak jujur dalam perkataan dan perbuatan maka dari segi akhlak ia telah melanggar etika dan cacat secarakepribadian.
Ketika guru tidak jujur dalam perkataan , perbuatan dan tingkah laku maka guru dalam posisi ini telah mencederai etika sebagai guru yang berakhlak mulia. Sebagai yang memberi ilmu tentu sikap tidak jujur terhadap diri, orang lain dan bahkan kepada Tuhan akan menjadi batu sandungan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pelajaran yang diampaikan kepada siswa akan terasa sulit, siswa akan merasa ada semacam batu sandungan dan dinding pembatas antara ia dengan ilmu yang diberikan oleh gurunya. Sifat jujur adalah mahkota bagi seorang guru, mahkota bagi para pengajar. Jika pengajar tidak mempunyai sifat jujur maka sebenarnya ia telah kehilangan mahkota yang sangat berharga.
Ketika guru tidak jujur, maka sifat tersebut dimungkinkan akan menular kepada anak didik. Penularan tersebut terjadi karena adanya interaksi antara guru dengan siswa, disisi lain, siswa pada kodisi ini secara psikologi masih mencari jati diri. Lebih dari itu sikap guru yang tidak jujur akan ditiru oleh siswa, karena pada kondisi seperti itu ia mempunyai sifat mencontoh. Ketika guru tidak mempunyai sifat jujur, maka martabatnya akan jatuh di mata murid-muridnya. Ketika guru sudah tidak mempunyai martabt maka guru akan rendah dimata murid-muridnya, terutama dari segi akhlak. Jujur adalah kunci keselamatan bagi guru, baik keselamatan dunia maupun keselamatan akherat.bahkan Allah memuji dan menyukai orang orang yang jujur. Kejujuran akan mengantarkan guru pada jalan kebenran,jalan keselamatan dunia dan akherat.Sifat jujur adalah mahkota di atas kepala seorang pengajar. Jika sifat itu hilang darinya, ia akan kehilangan kepercayaan manusia akan ilmunya dan pengetahuan-pengetahuan yang disampaikannya kepada mereka, karena anak didik pada umumnya akan menerima setiap yang dikatakan gurunya. Maka jika para anak didik menemukan kedutaan pengajarnya sebagaian perkara, hal itu secara otomatis akan mebias kepadanya, menjadikannua jatuh di mata para anak didiknya. Jujur adalah kunci keselamatan hamba di dunia dan akhirat.
Kejujuran seorang pengajar akan menanamkan rasa percaya diri anak didik kepadanya dan kepadanya dan kepada perkataannya serta menghormatinya. Kujujuran seorang pengajar akan terlihat konsekuensi-konsekuensi tanggung jawab yang dipikul di atas pundaknya, yang mana diantaranya adalah mentransfer pengetahuan lengkap beserta hakikat dan pengetahuan-pengetahuan yang dikandungnya kepada para generasi penerus. Jika seseorang pengajar tidak memiliki karakter jujur, dia akan mentrasfer ilmu yang serba kurang dan tidak ilmiah, hakikat dan pengetahuan yang tidak sesuai dengan bentuk yang seharusnya dia transfer. Apabila anak didik terbiasa menerima sikap tidak baik ini dari sang guru, barangkali akan menganggap bagus perbuatan ini sehingga menjadi orang yang melazimi dan melakoninya.

5.      Adil
Sikap guru dalam memperlakukan anak didiknya haruslah dengan cara yang sama, tanpa membeda-bedakan. Hal ini penting bagi guru agar nantinya dalam menilai, memberikan hadiah atau hukuman kepada anak didiknya tetap berlaku adil. Dan hendaknya dilengkapi dengan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai moral dan nilai sosial budaya yang diperoleh dari kehidupan masyarakat dan pengalaman belajar yang diperoleh. Dengan keadilan, kejujuran yang dimiliki seorang guru diharapkan dapat menjadi contoh bagi anak didiknya, anak didik diharapkan tumbuh dan berkembang menjadi manusia-manusia yang jujur sehingga guru dapat menjadi cerminan perilaku anak didiknya. 

6.      Sabar
Sebuah kesabaran merupakan syarat utama untuk menyelesaikan setiap amanah yang diberikan. Bagi seorang guru, sifat sabar dan kerelaan berkorban haruslah senantiasa dipupuk setiap saat dan setiap waktu agar mendapatkan hasil yang menggembirakan dalam melahirkan generasi mandiri dan berakhlak terpuji. Dalam mendidik yang perlu diperhatikan juga adalah sikap cinta, sabar, dan bijaksana. 
Sikap sabar dapat dimiliki apabila guru telah memiliki stabilitas emosi (emotional stability) sebagai ciri kepribadian orang dewasa. Guru yang emosinya stabil tidak akan mudah marah dan tidak akan tergesa-gesa (ceroboh) dalam segala tindakannya. Banyak kejadian di sekolah yang mudah menyulut kemarahan guru. Tetapi, guru yang telah memiliki stabilitas emosi, ia akan tetap sabar dan arif dalam menghadapi kejadian-kejadian yang menjengkelkan tersebut.
Sikap sabar sangat erat hubungannya dengan sikap kehati-hatian. Dampaknya bagi guru akan memiliki sifat dan sikap mulia, antara lain: (a) asih ing murid (tertanam sifat kasih sayang kepada peserta didik); (b) telaten ing pamulange (tekun dan ulet dalam membelajarkan peserta didik); (c) lumuh ing pamrih (tulus ikhlas dan tidak bertendensi yang bukan-bukan dalam melaksanakan tugas); (d) tanggap ing sasmita (mengerti kepribadian anak, perbedaan individu setiap peserta didik, memahami situasi dan kondisi, sehingga dalam segala tindakannya tidak emosional); (e) sepen ing panggrayangan (tidak menimbulkan prasangka yang bukan–bukan dalam segala tindakannya; misalnya, setiap peserta didik bertanya guru marah-marah, maka peserta didik patut berprasangka bahwa guru tidak pecus menjawabnya sehingga untuk menutupi ketidakpecusannya dengan gaya marah-marah); (f) jatmika ing solah (simpatik karena segala tindakannya penuh kearifan); (g) antepan ing bebudene (santun dalam bertingkah laku, tidak mudah marah dan tidak mudah merasa tersinggung) (Asmuni Syukir, 1985:17-18).
Segala sikap dan sifat yang berhubungan dengan sikap kesabaran guru tersebut sangat berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian peserta didik sebagaimana yang diharapkan dalam tujuan pendidikan.


7.      Ikhlas
Salah satu sikap guru yang disukai para siswa adalah tulus (ikhlas) dalam melakukan sesuatu. Sikap tulus adalah sikap tidak mengharapkan imbalan atau pujian dari makhluk atas segala apa yang dikaukannya. Ia mengarjakan segala sesuatu sesuai dengan panggilan hati nurani sehingga terasa menyenangkan.
Para siswa merasa nyaman relajar dengan guru tulus. Ketulusan gurunya dalam membimbing dan mendidik siswanya dirasa sebagai sumber kekuatan para siswa dalam mencapai cita-cita mereka.
Guru yang tulus dalam melakukan pekerjaannya tampak tanda-tandanya, seperti berikut ini.
1.      Bekerja dengan semangat yang tinggi.
2.      Mengayomi semua siswanya.
3.      Sabar dalam mengantarkan siswa-siswi menuju cita-cita mereka.
4.      Bekerja atas panggilan jira, bukan karena imanan. Imbalan baginya merupakan hal yang wajar ia tarima, bukan sumber motivasi utama.
5.      Tidak mengharapkan pujia dari sesama manusia.
6.      Bekerja dengan gembira (senang). Artinya, ia dapat menikmati pekerjaannya.
7.      Bahagia apabila siswa asuhannya menjadi orang sukses atau berhasil.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sikap guru profesional terutama dalam penyikapan terhadap tugas dan perannya harus selalu mengacu pada tujuan pendidikan secara utuh. Sebab segala keputusan dan tindakan guru akan mempunyai dampak jangka panjang terhadap pencapaian tujuan pendidikan, yang notabene berdampak pada  peserta didik, baik secara positif maupun negatif, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.  Maka dalam rangka pengembangan pribadi peserta didik yang utuh rumusan tujuan pendidikan maupun upaya pencapaiannya harus secara utuh pula, yakni meliputi dimensi kemanusiaan dan kepribadian. Diantara sikap komitmen dasar dan keteladanan visioner prilaku efektif kepemimpinan guru terpuji itu antaranya adalah takwa, amanah, benar, jujur, adil, sabar, dan iklhas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar